Laman

Jumat, 10 Januari 2014

Sebuah Interpretasi atas Kebahagiaan Hidup Dunia dan Akhirat




Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*



Setiap orang tentu nya ingin sukses, berbagai cara di lakukan demi meraih dan mengumpul sekeping dua keping rupiah.  Pernah kah kita melihat orang yang dengan gigih mencari pekerjaan, rasa bosan di tepis untuk bertahan demi kehidupan meraih sukses,  rela menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membangun masa depan. Karena memang pada dasarnya hanya orang-orang yang gigih, bekerja cerdas, berdoa saja yang mampu menciptakan kehidupan ini lebih berwarna dan bermartabat. Jika kita hanya mengandalkan warisan kekayaan dari orang tua, dan  tidak ada sedikitpun perjuangan di dalamnya maka ia hanya cerita biasa saja, berbeda dengan orang yang berjuang dari titik nol, hingga puncaknya maka akan menjadi inspirasi tentu nya bagi orang lain. Orang yang bersungguh-sungguh baik dalam pencapaian ilmu, harta, kemanusiaan, kemerdekaan akan selalu menarik untuk di ceritakan. Ada banyak cara orang bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan ini, tentu nya juga bisa kita saksikan bahwa tidak sedikit orang yang bermalas-malasan dalam menjemput takdir nya. Dalam perkara tersebut maka bisa dipastikan bahwa sesungguhnya memang hidup adalah pilihan, menentukan takdir, mengarahkan jalan menjadi pribadi yang biasa saja, dengan melakukan hal-hal sederhana, atau menjadi pribadi yang luar biasa dengan menekuni pekerjaan dengan cara yang luar biasa. Pilihannya hanya dua yaitu sukses dan gagal, kaya atau miskin, bahagia atau sengsara.

Setiap hari di tengah kemacetan Jakarta, atau di mana saja, kita akan melihat perbagai macam profesi di lakoni, seperti hal yang biasa penulis saksikan ketika di Yogyakarta misalnya yang menawarkan jualan hasil olahan tangan berupa bakul, atau kerajinan tempat pakaian, mereka berjalan keliling cukup jauh hingga larut malam, menjelang pagi mereka masih ada di jalanan untuk membawa barang dagangan, bagaimana pula kita saksikan pengatur lalu lintas di pertigaan atau perempatan jalan yang tidak ada lampu merah, pedagang asongan di bis maupun kereta, pengamen dan peminta-minta, semuanya mereka jalankan dengan serius. Kemudian apakah yang menghalangi sebagian kita untuk meraih kesuksesan setelah kerja keras itu ?. pantas kita pertanyakan kiranya untuk sebuah evaluasi diri.

Dalam setiap harapan kita sering menyelipkan lafaz berupa doa seperti "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar". QS. Al Baqoroh 201.  Artinya “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan pelihara lah kami dari siksa neraka".
Kesuksesan dan kebahagiaan itu bukanlah sesuatu hal yang langsung jadi tanpa proses, jika di berikan harta yang menggunung sekalipun bisa jadi akan ludes atau habis dalam waktu tempo yang singkat jika kita tidak mampu mempertahankan atau bahkan mengembangkan nya. Namun perlu kita perhatikan terlebih dahulu tentang pribadi seorang sukses dalam menapaki kehidupan. Potensi kesuksesan itu akan muncul jika seseorang menerapkan dalam dirinya beberapa hal :
1). Punya tujuan hidup. Ketika di tanya tentang tujuan hidup, maka orang sukses akan menjelaskan secara rinci rencana jangka pendek dan menengahnya, apa yang ingin di lakukan setahun mendatang, lima tahun, dan seterusnya. Bahkan, menyiapkan rencana cadangan untuk mengantisipasi kegagalan. Tidak hanya menjawab, 'Kita lihat saja nanti, jalani saja hidup ini seperti air mengalir. 
2). Mandiri. Tidak bergantung pada orang lain, mengandalkan kemampuan nya.  Misalnya, sejak awal mula bekerja, ia menanggung sendiri biaya hidupnya tanpa bantuan orang tua nya. Pria seperti ini menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab atas hidupnya dan hidup orang yang ia sayangi. tidak pernah mengeluh mengenai pekerjaan nya. Karena ia sadar, untuk mencapai kesuksesan, tentu dibutuhkan usaha dan kerja keras. Ia menyadari bahwa dengan bekerja akan ada tujuan yang harus ia capai, mengembangkan apa yang ada dalam pikiran nya, dan orang lain hanya sebagai jalan, jembatan penghubung bagi nya. Bukan sebaliknya memanfaatkan orang lain untuk membiaya hidupnya. 
3). Senang Orang Lain. Ada sebuah ungkapan “semakin banyak memberi, akan semakin banyak menerima”. Percaya atau tidak, ungkapan ini memang ada benar nya. Jadi, jika seseorang ringan tangan dalam membantu orang lain, ini tentunya akan menjadi bekal atau tabungan untuk menuju kesuksesan nya di masa depan. Bisa jadi seseorang yang dibantu saat ini akan berperan penting dalam karier kita di kemudian hari. Tidak ada yang tidak mungkin, bahkan dengan membantu orang lain, menjadi pembuka rezeki, keberkahan pada usaha-usaha lainnya, jika kita adalah termasuk orang yang peduli, maka akan sangat banyak orang yang mendoakan kita, bahkan bisa jadi hasil jerih payah kita hari ini merupakan rangkaian informasi yang telah di sampaikan orang lain dari orang yang telah pernah kita bantu. Positif nya juga bahwa membantu orang lain, akan menumbuhkan kepercayaan dari berbagai pihak atas apapun pekerjaan yang kita tangani, hal ini tentu nya bisa di pastikan setiap orang menginginkan berhubungan kerja, bisnis, dengan orang yang suka membantu, jika di luar bisnis saja kita peduli, maka konon lagi atas kewajiban kita terhadap orang lain. 
4). Bersahabat dan berwawasan. Sikap bersahabat ditambah dengan wawasan luas biasanya akan mudah mengambil hati banyak orang, termasuk saat melobi orang-orang penting yang berkaitan dengan karier. Pengetahuan tentang berbagai hal termasuk berita-berita terkini akan membuat orang lain merasa nyaman berdiskusi dengan kita. Semakin banyak orang tertarik akan wawasan dan sikap kita, semakin luas juga networking-nya. 
5). Menyayangi Keluarga. Orang yang bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya biasanya adalah pria yang juga memperhatikan perkembangan karier nya. Ia akan selalu termotivasi meningkatkan karier lebih baik lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu bahwa orang yang menyayangi keluarganya tentu mempunyai motivasi sendiri dalam bekerja, tidak ada alasan bagi nya untuk melakukan hal yang biasa-biasa saja, karena ia memang punya niat ingin mengangkat harkat, martabat keluarganya. Ia ingin bisa memberi, dan berarti buat kehidupan keluarganya. 
6). Memiliki investasi. Saat penghasilan hanya ala kadar nya saja, maka bagi orang yang berpikiran sukses bisa mengatur pendapatan nya dan tak selalu kehabisan uang di tengah bulan. Apalagi bila ia termasuk orang yang jeli melihat peluang bisnis. Tak perlu terlalu besar, berangkat dari bisnis kecil-kecilan pun bisa mengantarkan nya menjadi pengusaha sukses. Ia tidak memikirkan gaji yang secara otomatis sudah pasti di dapatkan, menurut sang motivator Mario Teguh, bahwa gaji yang sudah pasti di dapatkan tidak perlu di pikirkan karena tanpa di pikirkan juga gaji akan datang dengan sendirinya, yang perlu kita lakukan adalah menciptakan sesuatu hal menjadi kesempatan dan peluang untuk berbuat lebih. Pastikan berapa pengeluaran bulanan untuk hidup. Kita harus punya perencanaan, berapa persen untuk belanja hidup, berapa persen untuk investasi, pengembangan diri, dan sedekah kita. 
7). Realistis dan lurus.Meskipun bersemangat untuk meraih mimpi, harus di perhatikan bagaimana usahanya yang telah di lakukan dalam meraih impian, menghalalkan berbagai cara yang justru bisa menghancurkan masa depan. Kita harus realistis dengan kemampuan yang dimiliki. Masing-masing orang memiliki kelebihan yang berbeda-beda. Ubah hobby, menjadi sebuah pekerjaan yang menghasilkan, dan jadikan pekerjaan menjadi aktifitas yang menyenangkan. 
8). Optimistis dan positif. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sehingga tampil percaya diri saat berinteraksi dengan orang lain ataupun ketika diberikan tanggung jawab baru. Selalu belajar dari keadaan, hampir tidak ada bahasa dalam hidupnya 'tidak bisa' atau malas melakukan nya. berpikir positif dan optimistis bahwa setiap tantangan yang datang pasti ada solusi nya. Selain itu, ia juga concern dalam melakukan sesuatu sehingga tak cepat menyerah saat mengalami kegagalan.
Secara metodologis, dan perencanaan hal tersebut di atas merupakan langkah sukses untuk duniawi, namun ada hal yang perlu kita garis bawah bahwa kehidupan dan kebahagiaan dunia terlebih akhirat tidak sebatas mempertahankan hidup dan di puji orang sejagat, ada faktor lain yang kemudian menjadi fondasi penting dalam hidup, yaitu agar hidup lebih terarah, tidak tamak, angkuh, dan senantiasa mengetahui tugas dan fungsinya di atas dunia, yaitu agama. Dengan berIslam kita akan menyadari bahwa akan ada kehidupan setelah dunia ini, itulah kehidupan yang abadi, karena sejati nya dunia hanya sebatas persinggahan untuk melanjutkan kehidupan ukhrawi. Maka hal yang di lakukan adalah melakukan amal-amal sholeh, seperti berbuat baik untuk kehidupan-kehidupan sosial kita, pengabdian kepada Allah SWT dalam bentuk ibadah, rasa ikhlas yang tertuang dalam hati, dan tidak pernah menyekutukan nya dalam hal apapun.
Menyekutukan Allah dalam arti yang sederhana adalah berbuat syirik, namun melupakan sang pencipta, meninggalkan ibadah, berbuat curang, mengadu domba adalah perbuatan yang melanggar aturan-Nya. Kita sudah di berikan hukum, aturan, dan kabar, maka tidak pantas kita dengan sengaja melalaikan nya. Dengan tegas juga Allah SWT menyampaikan pesannya dalam Al Quran yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah (58):11). Pada akhirnya langkah yang kita lakukan harus dengan ilmu pengetahuan, tidak sebatas pengetahuan tapi kita tuangkan dalam aksi nyata, berbuat atas nama Allah SWT. Kebahagiaan akan akan tercipta jika hati menjadi tenang, tidak ada masalah buat dirinya, karena ia meyakini bahwa takdir telah menggiring hidupnya. Usaha nya hanya sebatas jalan untuk menjemput takdir Allah SWT. Dalam al Quran kembali Allah SWT menjelaskan : Hal itu dinyatakan Allah SWT dalam ayat-Nya, Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS. Al-Qariah: 6-9).
Kembali pada diri kita, apakah pekerjaan kita hanya sebatas kerja keras, dengan perencanaan, meminta hidayah dan ridha-Nya atau kita telah melupakan interpretasi Allah SWT, jika kita hidup dengan kerja keras, dan cerdas tidak menyertakan Allah di dalamnya mungkin kita akan sukses dalam hal harta, dan karir, namun belum tentu ketenangan bathin kita dapatkan, dan yang paling penting akhirat adalah hal yang abadi. Itulah bukti sejati atau finish kehidupan yaitu sampai ke pintu surga-Nya dengan rahmat serta nikmat-Nya.

*Penulis adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakara
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar