Oleh : Rahmat Kurnia
Lubis*
Setiap
orang tentu nya ingin sukses, berbagai cara di lakukan demi meraih dan
mengumpul sekeping dua keping rupiah. Pernah
kah kita melihat orang yang dengan gigih mencari pekerjaan, rasa bosan di tepis
untuk bertahan demi kehidupan meraih sukses,
rela menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membangun masa depan. Karena memang pada dasarnya hanya orang-orang yang
gigih, bekerja cerdas, berdoa saja yang mampu menciptakan kehidupan ini lebih
berwarna dan bermartabat. Jika kita hanya mengandalkan warisan kekayaan dari
orang tua, dan tidak ada sedikitpun
perjuangan di dalamnya maka ia hanya cerita biasa saja, berbeda dengan orang
yang berjuang dari titik nol, hingga puncaknya maka akan menjadi inspirasi
tentu nya bagi orang lain. Orang yang bersungguh-sungguh baik dalam pencapaian
ilmu, harta, kemanusiaan, kemerdekaan akan selalu menarik untuk di ceritakan. Ada
banyak cara orang bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan ini, tentu nya
juga bisa kita saksikan bahwa tidak sedikit orang yang bermalas-malasan dalam
menjemput takdir nya. Dalam perkara tersebut maka bisa dipastikan bahwa
sesungguhnya memang hidup adalah
pilihan, menentukan takdir, mengarahkan jalan menjadi pribadi yang biasa saja,
dengan melakukan hal-hal sederhana, atau menjadi pribadi yang luar biasa dengan
menekuni pekerjaan dengan cara yang luar biasa. Pilihannya hanya dua yaitu
sukses dan gagal, kaya atau miskin, bahagia atau sengsara.
Setiap
hari di tengah kemacetan Jakarta, atau di mana saja, kita akan melihat perbagai
macam profesi di lakoni, seperti hal yang biasa penulis saksikan ketika di
Yogyakarta misalnya yang menawarkan jualan hasil olahan tangan berupa bakul,
atau kerajinan tempat pakaian, mereka berjalan keliling cukup jauh hingga larut
malam, menjelang pagi mereka masih ada di jalanan untuk membawa barang
dagangan, bagaimana pula kita saksikan pengatur lalu lintas di pertigaan atau
perempatan jalan yang tidak ada lampu merah, pedagang asongan di bis maupun kereta,
pengamen dan peminta-minta, semuanya mereka jalankan dengan serius. Kemudian apakah
yang menghalangi sebagian kita untuk meraih kesuksesan setelah kerja keras itu
?. pantas kita pertanyakan kiranya untuk sebuah evaluasi diri.
Dalam
setiap harapan kita sering menyelipkan lafaz berupa doa seperti "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina
'adzabannar". QS. Al
Baqoroh 201. Artinya “Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan pelihara lah kami
dari siksa neraka".
Kesuksesan
dan kebahagiaan itu bukanlah sesuatu hal yang langsung jadi tanpa proses, jika
di berikan harta yang menggunung sekalipun bisa jadi akan ludes atau habis
dalam waktu tempo yang singkat jika kita tidak mampu mempertahankan atau bahkan
mengembangkan nya. Namun perlu kita perhatikan terlebih dahulu tentang pribadi
seorang sukses dalam menapaki kehidupan. Potensi
kesuksesan itu akan muncul jika seseorang menerapkan dalam dirinya beberapa hal
:
1). Punya tujuan hidup. Ketika di tanya tentang
tujuan hidup, maka orang sukses akan menjelaskan secara rinci rencana jangka
pendek dan menengahnya, apa yang ingin di lakukan setahun mendatang, lima tahun,
dan seterusnya. Bahkan, menyiapkan rencana cadangan untuk mengantisipasi
kegagalan. Tidak hanya menjawab, 'Kita lihat saja nanti, jalani saja hidup ini
seperti air mengalir.
2). Mandiri. Tidak
bergantung pada orang lain, mengandalkan kemampuan nya. Misalnya, sejak awal mula bekerja, ia
menanggung sendiri biaya hidupnya tanpa bantuan orang tua nya. Pria seperti ini
menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab atas hidupnya dan hidup orang yang ia
sayangi. tidak pernah mengeluh mengenai pekerjaan nya. Karena ia sadar, untuk
mencapai kesuksesan, tentu dibutuhkan usaha dan kerja keras. Ia menyadari bahwa
dengan bekerja akan ada tujuan yang harus ia capai, mengembangkan apa yang ada
dalam pikiran nya, dan orang lain hanya sebagai jalan, jembatan penghubung bagi
nya. Bukan sebaliknya memanfaatkan orang lain untuk membiaya hidupnya.
3). Senang Orang Lain. Ada sebuah ungkapan “semakin
banyak memberi, akan semakin banyak menerima”. Percaya atau tidak, ungkapan ini
memang ada benar nya. Jadi, jika seseorang ringan tangan dalam membantu orang
lain, ini tentunya akan menjadi bekal atau tabungan untuk menuju kesuksesan nya
di masa depan. Bisa jadi seseorang yang dibantu saat ini akan berperan penting
dalam karier kita di kemudian hari. Tidak ada yang tidak mungkin, bahkan dengan
membantu orang lain, menjadi pembuka rezeki, keberkahan pada usaha-usaha
lainnya, jika kita adalah termasuk orang yang peduli, maka akan sangat banyak
orang yang mendoakan kita, bahkan bisa jadi hasil jerih payah kita hari ini
merupakan rangkaian informasi yang telah di sampaikan orang lain dari orang
yang telah pernah kita bantu. Positif nya juga bahwa membantu orang lain, akan
menumbuhkan kepercayaan dari berbagai pihak atas apapun pekerjaan yang kita
tangani, hal ini tentu nya bisa di pastikan setiap orang menginginkan
berhubungan kerja, bisnis, dengan orang yang suka membantu, jika di luar bisnis
saja kita peduli, maka konon lagi atas kewajiban kita terhadap orang lain.
4). Bersahabat dan berwawasan. Sikap
bersahabat ditambah dengan wawasan luas biasanya akan mudah mengambil hati
banyak orang, termasuk saat melobi orang-orang penting yang berkaitan dengan
karier. Pengetahuan tentang berbagai hal termasuk berita-berita terkini akan
membuat orang lain merasa nyaman berdiskusi dengan kita. Semakin banyak orang
tertarik akan wawasan dan sikap kita, semakin luas juga networking-nya.
5). Menyayangi
Keluarga. Orang yang bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya biasanya
adalah pria yang juga memperhatikan perkembangan karier nya. Ia akan selalu
termotivasi meningkatkan karier lebih baik lagi untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Selain itu bahwa orang yang menyayangi keluarganya tentu mempunyai
motivasi sendiri dalam bekerja, tidak ada alasan bagi nya untuk melakukan hal
yang biasa-biasa saja, karena ia memang punya niat ingin mengangkat harkat,
martabat keluarganya. Ia ingin bisa memberi, dan berarti buat kehidupan
keluarganya.
6). Memiliki investasi. Saat
penghasilan hanya ala kadar nya saja, maka bagi orang yang berpikiran sukses bisa
mengatur pendapatan nya dan tak selalu kehabisan uang di tengah bulan. Apalagi
bila ia termasuk orang yang jeli melihat peluang bisnis. Tak perlu terlalu
besar, berangkat dari bisnis kecil-kecilan pun bisa mengantarkan nya menjadi
pengusaha sukses. Ia tidak memikirkan gaji yang secara otomatis sudah pasti di
dapatkan, menurut sang motivator Mario Teguh, bahwa gaji yang sudah pasti di dapatkan
tidak perlu di pikirkan karena tanpa di pikirkan juga gaji akan datang dengan
sendirinya, yang perlu kita lakukan adalah menciptakan sesuatu hal menjadi
kesempatan dan peluang untuk berbuat lebih. Pastikan berapa pengeluaran bulanan
untuk hidup. Kita harus punya perencanaan, berapa persen untuk belanja hidup,
berapa persen untuk investasi, pengembangan diri, dan sedekah kita.
7). Realistis dan lurus.Meskipun bersemangat
untuk meraih mimpi, harus di perhatikan bagaimana usahanya yang telah di
lakukan dalam meraih impian, menghalalkan berbagai cara yang justru bisa
menghancurkan masa depan. Kita harus realistis dengan kemampuan yang dimiliki. Masing-masing
orang memiliki kelebihan yang berbeda-beda. Ubah hobby, menjadi sebuah
pekerjaan yang menghasilkan, dan jadikan pekerjaan menjadi aktifitas yang
menyenangkan.
8). Optimistis dan positif.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan sehingga tampil percaya diri saat
berinteraksi dengan orang lain ataupun ketika diberikan tanggung jawab baru. Selalu
belajar dari keadaan, hampir tidak ada bahasa dalam hidupnya 'tidak bisa' atau malas
melakukan nya. berpikir positif dan optimistis bahwa setiap tantangan yang
datang pasti ada solusi nya. Selain itu, ia juga concern dalam melakukan sesuatu sehingga tak cepat menyerah saat
mengalami kegagalan.
Secara
metodologis, dan perencanaan hal tersebut di atas merupakan langkah sukses
untuk duniawi, namun ada hal yang perlu kita garis bawah bahwa kehidupan dan
kebahagiaan dunia terlebih akhirat tidak sebatas mempertahankan hidup dan di
puji orang sejagat, ada faktor lain yang kemudian menjadi fondasi penting dalam
hidup, yaitu agar hidup lebih terarah, tidak tamak, angkuh, dan senantiasa
mengetahui tugas dan fungsinya di atas dunia, yaitu agama. Dengan berIslam kita
akan menyadari bahwa akan ada kehidupan setelah dunia ini, itulah kehidupan yang
abadi, karena sejati nya dunia hanya sebatas persinggahan untuk melanjutkan
kehidupan ukhrawi. Maka hal yang di
lakukan adalah melakukan amal-amal sholeh, seperti berbuat baik untuk
kehidupan-kehidupan sosial kita, pengabdian kepada Allah SWT dalam bentuk
ibadah, rasa ikhlas yang tertuang dalam hati, dan tidak pernah menyekutukan nya
dalam hal apapun.
Menyekutukan
Allah dalam arti yang sederhana adalah berbuat syirik, namun melupakan sang
pencipta, meninggalkan ibadah, berbuat curang, mengadu domba adalah perbuatan
yang melanggar aturan-Nya. Kita sudah di berikan hukum, aturan, dan kabar, maka
tidak pantas kita dengan sengaja melalaikan nya. Dengan tegas juga Allah SWT
menyampaikan pesannya dalam Al Quran yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah (58):11). Pada akhirnya
langkah yang kita lakukan harus dengan ilmu pengetahuan, tidak sebatas
pengetahuan tapi kita tuangkan dalam aksi nyata, berbuat atas nama Allah SWT. Kebahagiaan
akan akan tercipta jika hati menjadi tenang, tidak ada masalah buat dirinya,
karena ia meyakini bahwa takdir telah menggiring hidupnya. Usaha nya hanya sebatas
jalan untuk menjemput takdir Allah SWT. Dalam al Quran kembali Allah SWT
menjelaskan : Hal itu dinyatakan Allah
SWT dalam ayat-Nya, “Dan adapun orang-orang
yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al-Qariah:
6-9).
Kembali pada
diri kita, apakah pekerjaan kita hanya sebatas kerja keras, dengan perencanaan,
meminta hidayah dan ridha-Nya atau kita telah melupakan interpretasi Allah SWT,
jika kita hidup dengan kerja keras, dan cerdas tidak menyertakan Allah di
dalamnya mungkin kita akan sukses dalam hal harta, dan karir, namun belum tentu
ketenangan bathin kita dapatkan, dan yang paling penting akhirat adalah hal
yang abadi. Itulah bukti sejati atau finish kehidupan yaitu sampai ke pintu surga-Nya
dengan rahmat serta nikmat-Nya.
*Penulis adalah
Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar