Oleh: Rahmat Kurnia Lubis*
Di antara musim yang ada di
Indonesia secara umum hanya dua musim saja yaitu kemarau dan hujan, namun di
beberapa tempat sebenarnya di Indonesia memiliki musim seperti di daerah Eropa
dan Afrika, seperti misalnya Hujan salju di Grasberg. Puncak dari pegunungan
Grasberg berada pada ketinggian 4.285 mdpl sehingga suhu di daerah itu bisa
mencapai 2 derajat Celcius dan terkadang bisa turun salju. Puncak Jayawijaya
Papua bahkan di sebut sebagai salju abadi.
Papua. kita juga bisa merasakan suasana gurun panasnya seperti padang
pasir di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo, Yogyakarta. Sama seperti gurun pasir
di Timur Tengah dan Afrika, suhu di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo
berubah-ubah. Saat siang hari panas di tempat ini sangat terik, tapi malam hari
udara akan berubah menjadi sangat dingin. Di Indonesia suasana pohon yang
menggugurkan daunnya bisa ditemukan di hutan jati misalnya hutan jati di daerah
Jawa Timur dan daerah lainnya. Pada saat puncak musim kemarau, pohon jati
menggugurkan daunnya sehingga pohon terlihat jarang daunnya atau bahkan tanpa
daun, tinggal cabang dan ranting-ranting kering. Musim hujan sudah tidak aneh
terjadi di Indonesia tapi ada wilayah di Indonesia yang hampir selalu hujan.
Kota Bogor yang termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat ini adalah salah
satu kota yang memiliki kadar curah hujan yang tinggi. Kota ini terletak di
ketinggian 190 sampai 330 meter dari permukaan laut. Kota ini juga di sebut
sebagai kota hujan.
Saat ini hampir di setiap daerah
mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Musim hujan di Indonesia biasanya
terjadi terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim hujan di Indonensia
disebabkan oleh hembusan Angin Muson Barat yang bertiup dari Benua Asia yang
bertekanan maksimum ke Benua Australia yeng bertekanan minimum. Angin Muson
Barat ini banyak membawa uap air, sehingga di sebagian besar wilayah Indonesia
mengalami musim hujan. Sementara itu dari BMKG meprediksi, puncak musim hujan
di wilayah Indonesia akan terjadi pada Desember, Januari dan Februari. Puncak
tertinggi pada Januari 2014. Dari dua
musim yang secara umum terjadi di Indonesia yaitu antara musim hujan dan
kemarau harus nya bisa memberikan hikmah di antara kita, sehingga tidak saling
menyalahkan, namun memberikan sebuah pesan akan arti pentingnya kehidupan yang
harus di jaga, yang pada akhirnya memang bagaimana sifat kemanusiaan kita
benar-benar mampu menjadikan diri sebagai hamba yang penuh syukur dengan memaknai
kehidupan ini semata-mata adalah anugerah dari Allah SWT yang harus di
jalankan.
Musim hujan di beberapa wilayah,
memang ada kalanya memberikan kesan yang cukup memprihatinkan, jika kita intip
beberapa daerah yang tanah dan tanaman nya gundul bisa mengakibatkan longsor,
begitupun jika kita membuang sampah sembarangan bisa mengakibatkan banjir, jika
limbah di buang ke sungai dengan tidak memperhatikan lingkungan bisa
mengakibatkan tercemar nya air yang mengakibatkan racun dan penyakit, begitupun
jika banjir ada di kota-kota besar seperti misalnya Jakarta, Medan dan Surabaya
maka akan mengakibatkan dampak macet bagi pengguna jalan raya, dan tidak jarang
warga di ungsikan dari rumah karena luapan air di sungai sepanjang kali.
Ternyata perasaan, hati, dan logika
manusia ada kalanya telah tertutup oleh himpitan kesusahan yang mendatangi nya,
hingga pikiran tidak menentu, tidak mau tahu, yang ada dalam pikiran nya adalah
hal yang sesuai dengan kemauan nya saat itu juga, jika yang datang adalah
banjir maka ia berharap hari cerah dan matahari bersinar dengan terik,
begitupun sebaliknya jika yang muncul adalah kemarau, maka tidak jarang juga di
antara kita yang mengeluh dan merasa panasnya mentari membuat gerah, dan membakar kulit, begitupun jika
hawa lembab, mendung juga tidak luput dari cela dan kritikan orang-orang
tertentu dengan mengatakan kenapa hari tidak cerah, dan lain-lain sebagainya.
lantas kemudian seperti apakah keinginan manusia yang semu dan tiada ujungnya
ini. Ini memang menjadi dilematis sekali jika kita membicarakan manusia, karena
hal yang dapat membuat manusia itu menjadi hamba yang mengetahui tugas dan
fungsi, serta tidak pernah galau akan kehidupan nya hanya lah orang-orang
beriman, yang senantiasa tidak akan menjadi rundung dan gelisah akan kenyataan
yang di hadapi nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ
لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh unik perkaranya orang
mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali
oleh orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya
dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.” (HR. Muslim).
Demikian di atas adalah prinsip nya
orang yang beriman, tidak ada kegelisahan dalam hidupnya yang berlarut-larut
sepanjang masa, apalagi sampai menyalahkan atau menolak takdirnya Allah SWT.
Rasulullah Saw juga pernah menyampaikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
dari Ibnu ‘Abbas,
لَوْ
أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ،
وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam
memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama
sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah
mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari
no. 6439 dan Muslim no. 1048).
Pernahkah kita mengambil sikap
positif dari turun nya rahmat Allah SWT berupa hujan ke bumi ini, atau jika
hanya butuh hujan saja senantiasa kita bersyukur dan mengetahui positif atau hikmah nya hujan tersebut. Hujan
itu membawa Rahmat, ia menyegarkan dan menyuburkan tanah yang gersang, memberi
asupan dan cadangan bagi tumbuhan, ia akan mengalirkan air untuk menggantikan
genangan yang kurang bersih dan berlimbah, dalam hal rezeki juga tentu nya
tidak sedikit yang memperoleh rezeki dari turun nya hujan, anak-anak penjaja
payung akan mengambil jasa dari rahmat-nya Allah ini, penjual mie dan bakso
barang kali lebih laris pada musim ini, dan yang paling penting adalah kita
merasa bahwa hidup kita ini memang sudah di kendalikan oleh sang maha penentu
yaitu Allah SWT, kita tidak dapat mengendalikan jika memang Allah ingin
menurunkan hujan, disini lah letak keterbatasan manusia sebagai makhluk yang
sombong untuk berpikir. Manusia hanya bisa mengusahakan namun tidak bisa
memastikan turun atau tidaknya hujan tersebut, ini hanya lah takdir yang
senantiasa hak mutlak dari Allah SWT.
Sekali lagi bahwa kita sering
menyalahkan keadaan termasuk musim ini jika tidak sesuai dengan selera kita,
namun jika sebaliknya tadi bahkan kita justru berdoa dalam shalat istisqa untuk di turunkan hujan kepada
Allah SWT. permasalahan nya hanya lah kita tidak bisa menerima dan mengambil
hikmah di antara kejadian yang ada, dan hal ini di perparah lagi dengan asyik
nya kita menyalahkan dampak dari hujan yang sering berakibat banjir, longsor dan amcet, tapi
kita tidak pernah mencoba untuk mencari penyebab asal terjadi nya kebanjiran
atau musibah tersebut, harus nya hal yang di lakukan adalah dengan tidak
menebangi hutan secara sembarangan, tidak membuang sampah di kali atau selokan,
tidak membangun rumah di area serapan air, membangun tempat irigasi dengan baik
dan melapangkan pengaliran air, begitupun dengan tugas berikutnya adalah
membangun tempat pengaliran air hingga tidak meluap ke area pemukiman hingga jalan.
Musim hujan merupakan salah satu
musim yang juga harus kita jadikan moment perubahan, yaitu perubahan dari
pribadi ego yang hanya selera kita menjadi selera-nya Allah SWT, bahkan Allah SWT maha mengetahui apa yang terbaik
untuk hamba-Nya. Bisa jadi apa yang di sangkakan itu baik, namun sesungguhnya
buruk buat kita dan hina di hadapan Allah SWT. perubahan berikutnya adalah
bahwa jika terjadi hal yang buruk dari efek hujan tersebut maka introspeksi lah
diri kita agar tidak sembarangan berbuat kepada alam dan lingkungan, dan musim
hujan ini juga ternyata ada rezeki sebagian para hamba Allah yang memang
membutuhkan. Perlu kita perhatikan bahwa sebagian besar terjadi kerusakan di
darat dan lautan akibat ulah tangan manusia itu sendiri.
Perlu kita baca sejarah agar kita
lebih arif dan bijaksana, bahwa jangan sampai pada puncak kejenuhan dan
penolakan kita terhadap kenyataan membuat kita kufur. Lihatlah Fir`aun dan bala
tentara nya yang Allah binasakan dengan ditenggelamkan di tengah lautan.
Lihat pula kisah kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam
yang Allah timpakan banjir bandang yang tiada dua-nya. Lihat pula kisah Tsamud
dan ‘Aad yang dibinasakan lantaran kekufuran mereka kepada Tuhan alam semesta.
Dan masih banyak lagi kisah-kisah nyata lainnya, yang menjadi bukti nyata bahwa
semakin jauhnya manusia dari Allah menjadi faktor datang nya kehancuran dan
kebinasaan. Cukup lah semua itu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Dan
semua itu tercatat rapi di dalam ayat-ayat Ilahi yang begitu banyak sekali.
Janganlah kita hanya negatif melihat akan turun nya hujan, marilah semai
pikiran kita dengan pikiran positif akan datang nya hujan, serta benahilah
keadaan serta gali permasalahan jika terjadi hujan yang membuat macet, longsor
dan kebanjiran.
*Penulis adalah Alumni Program Pasca
Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar