Oleh : Rahmat Kurnia
Lubis*
Aurat adalah bagian tubuh
yang harus di tutupi oleh seorang muslim maupun muslimah, hal ini sudah sangat
jelas sekali tidak ada pertentangan di antara jumhur (mayoritas) ulama, dan
tentunya perintah ini juga sudah cukup jelas di sampaikan oleh Allah SWT dalam
al Quran, yaitu :
وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ
عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kehormatannya; janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang (biasa) tampak padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke
dadanya. (QS an-Nur [24]: 31).
Allah SWT memberikan sebuah kabar, peringatan,
standar hukum yang layak untuk manusia, karena kita pada dasarnya butuh Allah
SWT yang maha mengetahui mana yang lebih manfaat untuk kehidupan, bukan
sebaliknya bahwa kita merasa paling benar, dan angkuh dengan mengatas namakan
ekspresi, kebebasan, belum siap, tidak trendy maupun gaul, pendapat kecil
seperti ini seharusnya sudah bisa di tepis oleh setiap orang yang mengaku
muslim, karena hakikat hukum itu adalah juga untuk manusia, dan yang paling
penting adalah dengan tunduk dan patuh terhadap aturan Allah SWT berarti kita
menjadi hamba nya yang mengerti akan kewajiban, kita mengetahui arti terima
kasih kepada sang pencipta, dan inilah kemudian yang membedakan antara seorang
muslim yang beriman dengan seorang muslim yang hanya ikut setengah-setengah
saja dari pada mengamalkan Islam, artinya tidak ada totalitas dalam beragama. Bahkan
Rasulullah saw pernah menyampaikan dalam sebuah
haditsnya. “Dan dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda
Rasulullah:
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ
النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ
يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ
مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ
كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku
belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip
ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun
telanjang dan berlenggek-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang seperti punuk unta.
Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal
sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” [Imam
Ahmad dan Imam Muslim]
Ternyata permasalahan
aurat merupakan hal serius, bukan masalah siap atau tidak siap, bukan masalah
zaman atau tidak, tapi ini sungguh sangat jelas perintah nya, selain untuk
menjaga kehormatan, harga diri, dan identitas seorang muslim maupun Muslimah ia
tentunya merupakan bentuk ibadah kita ataupun kewajiban kita kepada Allah SWT. Dalam
sejarah tentang asbabun nuzul yaitu
terkait turun nya ayat yang menyampaikan kewajiban memakai kerudung atau
mengulurkan pakaian ke dada lebih di sebabkan gangguan orang-orang fasik,
orang-orang mabuk, agar lebih mudah di kenali, lebih nyaman dan terjaga. Jika kita
tarik kepada konteks yang lebih maslahat atau manfaat maka sesuai dengan maqasid atau tujuan aturan tersebut
adalah dengan menutupi aurat maka merupakan langkah untuk membendung dan
meredam nafsu kotor syahwat yang dengan mudah iblis membisikkan nya dari jalan tersebut.
Pada dasarnya logika dan
pikiran kita terbatas, jadi tidak semudah menangkap pesan nya Allah SWT yang
tidak terbatas, Allah SWT telah menggariskan aturan nya sebaik mungkin dengan
menangkap sesuatu hal yang paling esensial sesuai tujuan syariah itu sendiri. Pernahkah
kita membayangkan sebenarnya ini kita di ciptakan oleh siapa, untuk apa, dan
akan kemana ?, jika yang menciptakan kita adalah Allah SWT maka secara otomatis
Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya sendiri. Memang pada
dasarnya kita di berikan akal pikiran, naluriah, tapi akal dan pikiran itu
bukan justru menolak selera nya Allah SWT dengan berdalih jilbab hanya sekedar
budaya, banyak di antara muslim itu sendiri yang lupa diri bahwa ia
sesungguhnya milik siapa, secara sadar harus nya jika sudah mengetahui kita
akan kemana maka persiapkanlah diri kita tidak dengan nafsu dan kesombongan
kita, apalagi tidak berdalih secara logika seolah pintar ingin mengalahkan
Allah SWT. Mungkin kita perlu membayangkan bahwa jika memiliki sepeda motor
atau barang lainnya kira-kira yang paling mengetahui tentang barang tersebut
adalah pemiliknya sendiri, karena tentu nya kitalah yang merawat nya, dan
kitalah yang memakainya setiap waktu, secara otomatis bisa dikatakan bahwa sang
empunya yang paling tahu tentang keberadaan benda, orang lain mengetahui keberadaan
barang setelah kita sampaikan bagaimana sejarah, kronologis, maupun efek dari
pada barang tersebut. Bukankah ada sebuah istilah yang mengatakan “don’t judge a book by it’s cover”
janganlah kita menghakimi sesuatu itu hanya dari penampilan saja.
Permasalahan aurat
adalah salah satu kewajiban yang paling dasar namun disisi lain justru
kewajiban ini yang dengan serta merta dengan mudah di pertontonkan untuk di langgar.
Kita lihat saja di sekitar kita, bahwa hanya sedikit orang yang menutup aurat,
dan lebih sedikit lagi orang yang menutup auratnya dengan benar. Jika Allah SWT
secara tekstual lebih memberikan penekanan agar lebih mudah di kenal, tidak di
ganggu, dan agar di terima amal ibadah nya maka perhatikanlah pesan rasulullah
dari hadits tersebut di atas, ini artinya tidak sebatas menahan pandangan
lelaki, tidak sebatas identitas dan mendapatkan rahmat Allah SWT, maka
ketahuilah sesungguhnya peraturan tentang aurat ini adalah keputusan Allah SWT mutlak
dari nya, jika seorang anak manusia enggan dengan peraturan-Nya maka secara
tidak langsung merupakan pemberontakan manusia itu sendiri terhadap sang
pencipta. Bagi sebagian kalangan dan aktifis feminis yang sering mengangkat isu
gender ada kalanya dengan berani menyampaikan masalah menutup aurat ini adalah
masalah selera dan situasi saja (Red.
dengan beranggapan kita sudah di kenal, dan sudah aman terhindar dari gangguan
orang fasik). Perlu di pahamkan kembali bahwa jika hanya sebatas itu
pengetahuan manusia terkait hukum menutup aurat ini maka tidak akan mungkin
sampai kanjeng Nabi Rasulullah SAW, berpaling dari orang yang tidak menutup
dadanya.Allah SWT kembali
berfirman dalam al Quran yang sekira artinya:
“Hai anak Adam,
sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik, yang
demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.” (Q.S. Al
A’raf : 26).
Jika melihat alasan dan fenomena orang menganggap remeh atas menutup
aurat ini yang beragam macam, mulai dari menganggap hanya budaya, belum siap,
belum terbiasa, khawatir akan rezeki, jodoh, dan lain sebagainya, maka marilah
berhijrah dari pikiran yang penuh ego, kepada pikiran yang semata-mata kehendak
nya Allah SWT ini, kehendak nya Allah SWT bahwa manususia ada aturannya dengan
berpakaian sopan, santun, tidak mengundang nafsu syahwat yang menggelora dari mempertontonkan
lekuk tubuh manusia, tidak sombong dengan mempertunjukkan perhiasan di leher. Harusnya
jika kita berani bicara bahwa dalam kondisi sopan berpakaian rapi saja bisa
menimbulakan gairah syahwat menimbulkan pemerkosaan, maka konon lagi dengan
membuka setengah baju, setengah paha di hadapan khalayak ramai. Jika mungkin
peristiwa pemerkosaan tidak terjadi maka seminimal-minimal mungkin adalah kita
telah mengundang orang lain berbuat dosa dengan berimajinasi tentang kita, menghayal
yang tidak baik mengotori jiwa dan pikiran manusia itu sendiri.
Masalah rezeki dan jodoh juga adalah urusan Allah SWT, maka mintalah
kepada-Nya, Allah SWT yang maha mengatur rezeki dari timur hingga ke barat,
tidak ada yang mustahil bagi-Nya, ia mampu membuat harta yang banyak tidak
berkah dan tidak manfaat, tapi ia juga mampu memberikan harta yang sedikit tapi
berkah berkecukupan, tentunya jauh lebih baik di balik usaha yang
sungguh-sungguh, yang di dalamnya tersimpan ridha Allah SWT akan bermanfaat lagi
berkah. Bagi seorang lelaki yang dengan suka rela mempertontonkan aurat perempuan/isteri
nya di hadapan orang banyak maka sesungguhnya ia sama saja telah membuka suatu
hal yang istimewa dari seorang isteri nya untuk di imajinasikan oleh orang
lain. Calon imam/suami yang baik adalah yang senantiasa menjaga kehormatan
seorang perempuan agar tidak di kerubungi oleh dosa dari syahwat orang lain. Jika
kendala berbusana dan menutup aurat adalah
karena kurang menarik, maka sungguh ini tidak relevan karena banyak pakaian
penutup aurat yang jauh lebih modis, elegan, anggun dan menarik di mata sesuai
nilai estetika manusia itu sendiri. Tentu nya kewajiban menutup aurat tidak
hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan, para lelaki juga mendapatkan kewajiban
yang sama untuk menutup aurat. Jika dengan menutup aurat adalah jalan menuju
ridha-Nya, untuk menggapai jannah-Nya, kenapa tidak?. Wallahu ‘alam
*Penulis Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar