Oleh Dr. Asep Usman Ismail
Abu Bakar Shiddiq termasuk salah seorang sahabat
Nabi saw yang pertama masuk Islam. Beliau mewakili pengusaha sukses, tokoh
masyarakat dan negarawan berwibawa. Dengan latar belakang tersebut, beliau
menjadi sahabat Nabi saw yang utama. Pada diri beliau terhimpun empat
kualifikasi sahabat Nabi, yaitu beriman kepada Nabi saw., berjumpa dengan
beliau, bahkan setiap saat; berjuang bersama Nabi saw dalam mengharumkan Islam
dan kaum Muslimin; serta wafat dalam keadaan memeluk Islam.
Abu Bakar Shiddiq dinamakan shiddîq,
orang yang membenarkan, karena sikap beliau yang tidak pernah sedikit pun
terlintas keraguan di dalam hati beliau tentang apa saja yang disampaikan
Rasulullah saw. Abu Bakar orang pertama yang selalu mengambil sikap membenarkan
dengan mantap tentang misi kerasulan Nabi Muhammad saw., termasuk dalam
menyikapi penuturan Rasulullah saw tentang Isra` dan Mi’raj beliau ke Sidratul
Muntaha. Abu Bakar pun merupakan satu-satunya sahabat yang menyerahkan seluruh
harta kekayaannya kepada Nabi untuk perjuangan Islam. Pada saat genting, dalam
pengejaran penduduk Makkah, di malam hijrah ke Madinah, Abu Bakar Shiddiq
satu-satunya sahabat yang menyertai Nabi saw. Al-Qur`an mengabadikan
peristiwa ini pada ayat yang berikut: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad),
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan
engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan
ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara
(malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan
orang-orang kafir itu rendah. (Q.S. al-Taubah/9: 40)
Abu Bakar sering menjadi imam shalat, ketika Nabi
saw sakit. Pengalaman ini menjadi pertimbangan untuk mengangkat Abu Bakar
menjadi Khalifah (632 – 634 M), Kepala Negara, mengganti Rasulullah saw.
Keteguhan sikapnya terlihat, ketika Umar bin Khattab mengusulkan untuk
mengkodifikasi Al-Qur`an. Abu Bakar menolak dengan alasan Nabi tidak melakukan
dan tidak memerintahkan. Umar meyakinnkan Abu Bakar dengan dua alasan. Huffazh,
para penghafal Al-Qur`an banyak yang wafat. Islam dirancang untuk seluruh
dunia. Mushaf Al-Qur`an menjadi kebutuhan. Dengan alasan ini, beliau setuju
Al-Qur`an dikumpulkan dan ditulis dalam bentuk Mushaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar