Laman

Jumat, 03 Januari 2014

ABU BAKAR SHIDDIQ



Oleh Dr. Asep Usman Ismail
Abu Bakar Shiddiq termasuk salah seorang sahabat Nabi saw yang pertama masuk Islam. Beliau mewakili pengusaha sukses, tokoh masyarakat dan negarawan berwibawa. Dengan latar belakang tersebut, beliau menjadi sahabat Nabi saw yang utama. Pada diri beliau terhimpun empat kualifikasi sahabat Nabi, yaitu beriman kepada Nabi saw., berjumpa dengan beliau, bahkan setiap saat; berjuang bersama Nabi saw dalam mengharumkan Islam dan kaum Muslimin; serta  wafat dalam keadaan memeluk Islam.
Abu Bakar Shiddiq dinamakan shiddîq, orang yang membenarkan, karena sikap beliau yang tidak pernah sedikit pun terlintas keraguan di dalam hati beliau tentang apa saja yang disampaikan Rasulullah saw. Abu Bakar orang pertama yang selalu mengambil sikap membenarkan  dengan mantap tentang misi kerasulan Nabi Muhammad saw., termasuk dalam menyikapi penuturan Rasulullah saw tentang Isra` dan Mi’raj beliau ke Sidratul Muntaha. Abu Bakar pun merupakan satu-satunya sahabat yang menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepada Nabi untuk perjuangan Islam. Pada saat genting, dalam pengejaran penduduk Makkah, di malam hijrah ke Madinah, Abu Bakar Shiddiq satu-satunya sahabat yang menyertai Nabi saw. Al-Qur`an  mengabadikan peristiwa ini pada ayat yang berikut: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. (Q.S. al-Taubah/9: 40)
Abu Bakar sering menjadi imam shalat, ketika Nabi saw sakit. Pengalaman ini menjadi pertimbangan untuk mengangkat Abu Bakar menjadi Khalifah (632 – 634 M), Kepala Negara, mengganti Rasulullah saw. Keteguhan sikapnya terlihat, ketika Umar bin Khattab mengusulkan untuk mengkodifikasi Al-Qur`an. Abu Bakar menolak dengan alasan Nabi tidak melakukan dan tidak memerintahkan. Umar meyakinnkan Abu Bakar dengan dua alasan. Huffazh, para penghafal Al-Qur`an banyak yang wafat. Islam dirancang untuk seluruh dunia. Mushaf Al-Qur`an menjadi kebutuhan. Dengan alasan ini, beliau setuju Al-Qur`an dikumpulkan dan ditulis dalam bentuk Mushaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar