Laman

Senin, 20 Januari 2014

Mengejar Cinta-Nya: Ia Tuhan Yang Abadi.




Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*


Tidak ada sahabat sejati kecuali dia yang paling tahu aibmu, dan tidak ada (sahabat seperti itu) kecuali Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yang menuntutmu, tetapi sama sekali tuntutan itu tidak ada kepentingannya darimu untuk-Nya”. Mungkin terlalu berlebihan jika kita mengatakan bahwa Tuhan kita adalah sahabat kita, sebenarnya ini hanya pembahasan agar lebih mudah di pahami bahwa Allah SWT lebih dari pada sahabat sejati yang paling tahu akan kondisi dan rahasia kita. Tidak dapat di pungkiri bahwa memang Allah SWT adalah sang  khalik yang paling mengetahui kebutuhan hambanya, memberikan tuntunan, dan hukum untuk di kaji agar kita menjadi manusia yang selamat, manusia yang cerdas, manusia yang tercerahkan mampu membawa perubahan hingga akhirnya berjumpa dengan Allah SWT di surga. Tidak ada yang lebih tahu aib kita secara detil dan rinci melainkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Dia yang tidak pernah meninggalkan kita ketika dalam kondisi hina dan tidak menolak ketika dalam kondisi sangat kurang, bahkan senantiasa mengasihi dalam situasi apa pun. Pada saat begitu Dia memerintahkan dan melarang kita, namun ketika hamba  tetap maksiat pada-Nya, Dia tidak meninggalkannya, bahkan dengan rasa belas kasih-Nya Dia memanggil untuk datang kepada-Nya di saat manusia alpa.

Jika kita memikirkan bahwa betapa sayangnya Allah SWT kepada para hamba  nya, di berikan fasilitas, udara, air, alam, dan jasad atau penciptaan manusia yang sedemikian sempurna nya, menjadikan fithrah sesuatu hal untuk mengakuai akan ke kuatan ghaib atau yang maha menguasai  yaitu Allah SWT, dan di berikan kepada makhluk bernama manusia ini akal pikiran agar kita bisa membedakan baik dan buruk. Semua itu di peruntukan  bagi hamba agar  mampu menjadi khalifah di permukaan bumi sesuai dengan tugas dan fungsinya, namun selain dari pada itu Allah SWT hanya menyuruh kepada manusia untuk senantiasa beribadah yaitu mengabdi dan senantiasa menjadikan-Nya Tuhan dengan bersyahadat atas Nama Allah SWT dan meyakini Rasulullah adalah utusan-Nya.

Pernah suatu ketika ada orang yang bertanya tentang nasib manusia terkait dengan masalah takdir, tentunya pertanyaan yang sama pernah terucap diantara kita, sadar atau tidak terbesit dalam hati manusia, ada kalanya kita tidak menerima atas nasib yang miskin, hina, rendah, dan lain sebagainya, maka pertanyaannya kemudian adalah adilkah Allah SWT, dan berikutnya adalah jika Allah SWT yang menciptakan takdir maka kenapa di ciptakan manusia ada yang kufur dan sebagian nya muslim yang taat. Bukankah semua manusia jika memang Allah itu adil menginginkan hidayah dan sampai ke surga-Nya, pertanyaan ini memang sederhana tapi cukup sulit untuk menjelaskannya karena tidak semudah pertanyaan nya, pertama  di sampaikan tentunya atas jawaban di atas bahwa Allah SWT memberikan sesuai hasil sesuai  jerih upaya hamba-Nya,  bahkan Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum hamba itu berusaha untuk merubah nasibnya, jadi pada dasarnya jatuhnya takdir itu adalah setelah hamba mengusahakan sesuatu hal atas perkara. Allah SWT menginginkan manusia ini menjadi hamba yang cerdas, hamba yang tangguh, dan hamba yang kuat, bukan sebagai hamba yang lemah, maka di berikan potensi itu untuk manusia agar ia berusaha bukan hanya menunggu takdir tapi menjemput takdir. Karena kelazimannya bahwa setiap segala sesuatu itu berbanding lurus dengan apa yang kita upayakan, walau ada orang pintar, kaya, kuat, namun jika tidak mampu mempertahankan nya akan secara otomatis jatuh juga. Jadi berusaha untuk menjadi lebih baik itu jauh lebih penting dari pada justru mengutuk dan mempertanyakan setiap waktu atas keadaan tapi tidak pernah berbuat sama sekali. Yang kedua jika manusia ada yang kufur, maka tidak lain dan bukan kecuali hanya akal/pikirannyalah yang berusaha untuk mencari hidayah itu, tidak semua orang yang dalam keturunan kufur secara nikmat maupun agama lantas kemudian secara otomatis membuat seseorang menjadi kufur maupun fasik, tapi dengan proses pencarian, bahkan bisa jadi orang yang dulunya sesat dalam kekafiran justru berbalik 180 derajat menjadi orang yang paling taat di mata Allah SWT.
  
Kasih sayangnya Allah SWT itu tiada dua nya, pernahkah kita membayangkan bagaimana Allah SWT menjaga dan senantiasa mengampuni dosa hambanya yang mau bertaubat, bahkan dosa sebesar apapun jika sudah dilaksanakan taubat yang sebenar-benar taubat (taubat nasuha) maka Allah akan menghilangkan dosanya seperti anak yang baru di lahirkan kembali. Tanpa pernah kita meminta Allah selalu memberikan kesempatan bagi hamba nya, tidak pernah memungut pajak, dan iuran wajib tiap harinya karena kita sudah menghirup udara nya, Allah SWT menyuruh untuk hanya menyembah  Dia, bukan sesuatu hal yang merugikan manusia, dan jika pun kita ber ibadah dengan rukun nya Islam ini, maka ada sesuatu hal balasan yang kelak akan di berikannya, begitu pun semua ibadah tersebut di lakukan dengan ikhlas maka tentunya ada hikmah bagi setiap perjalanan ibadah tersebut yaitu sebagai wahana untuk tetap mengingatNya, suatu ritual untuk tetap membuat badan tetap segar bugar, dan dengan ibadah kepadanya kita akan semakin tahu cara berterima kasih dan mengasihi sesama. Itulah yang di tampilakan dari semangat haji, berkurban, sholat, puasa dan zakat. Beribadah, dan bersyukur itu bukanlah sesuatu hal yang rumit, hanya nafsu manusia saja yang membuat itu menjadi sulit, di tambah godaan iblis yang memang pada dasarnya tidak suka akan keterlibatan manusia untuk berbuat baik, karena ia menginginkan ada temannya nanti suatu saat di neraka.

Harus kita sadari secara bersama, makhluk yang kita agung-agungkan, manusia yang selalu kita puji dan kita muliakan penuh ta’dzim saja bisa menjauhi kita jika sudah tahu aib kita secara detil, Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala cinta dan kasih sayang-Nya senantiasa menjaga. Allah tidak pernah meminta imbal balik kita dibalik perlindungan, perintah, tuntutan dan larangan-Nya. Sedangkan pergaulan dan persahabatan dengan makhluk penuh dengan tuntutan dan kepentingan. Jika dalam kondisi sulit dan sepahit apapun kehidupan ini, senantiasa di serahkan kepada-Nya, maka akan tetap membuat hidup lebih bermakna, lebih yakin dan lebih semangat, tidak ada kekhawatiran dalam hidupnya, karena ia yakin bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan para hamba-hambanya, bahkan jika kita datang kepada Allah SWT dalam keadaan berjalan, ia akan datang kepada kita dalam keadaan berlari.

Allah SWT adalah sebaik-baik maha pendengar, menumpahkan curahan hati yang gelisah tanpa rasa bosan, meminta pertolongan dan kemurahan-Nya justru bukan membuat Allah menjadi jauh, tapi semakin cinta, bahkan hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi lebih tenang, dan meminta pertolongan dengan kesabaran dan sholat adalah anjuran bagi hamba-Nya yang berpikir. Jika kita mengetahui dan menyadari bahwa kita hanya lah seorang hamba, maka tidak ada masalah sebenarnya dengan segala ketentuan Allah SWT, takdir bukan lagi masalah buatnya, tapi yang menjadi problem adalah jika Allah sudah menjauh dari dirinya. Allah adalah sebaik-baik tempat kembali, sebelum segala sesuatu itu hanya penyesalan, nyawa masih di kandung badan. maka bersujudlah kepada-Nya, ampunan dan rahmat-Nya yang maha luas akan membuat jiwa dzahir dan bathin menjadi lebih bermakna. Rabb merupakan Tuhan yang maha pencipta tidak ada yang diciptakannya dalam kesia-sia an, dan itu agar kita bisa bersyukur, berbagi, dan meneliti proses penciptaan dan takdir itu.Tafakkaru

Penulis adalah Alumni Program Studi  Agama dan Filsafat Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar