Oleh : Rahmat Kurnia
Lubis*
Tidak ada sahabat sejati kecuali
dia yang paling tahu aibmu, dan tidak ada (sahabat seperti itu) kecuali Tuhanmu
Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yang menuntutmu, tetapi sama
sekali tuntutan itu tidak ada kepentingannya darimu untuk-Nya”. Mungkin terlalu
berlebihan jika kita mengatakan bahwa Tuhan kita adalah sahabat kita, sebenarnya
ini hanya pembahasan agar lebih mudah di pahami bahwa Allah SWT lebih dari pada
sahabat sejati yang paling tahu akan kondisi dan rahasia kita. Tidak dapat di
pungkiri bahwa memang Allah SWT adalah sang khalik yang paling mengetahui kebutuhan hambanya,
memberikan tuntunan, dan hukum untuk di kaji agar kita menjadi manusia yang
selamat, manusia yang cerdas, manusia yang tercerahkan mampu membawa perubahan
hingga akhirnya berjumpa dengan Allah SWT di surga. Tidak ada yang lebih tahu
aib kita secara detil dan rinci melainkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Dia
yang tidak pernah meninggalkan kita ketika dalam kondisi hina dan tidak menolak
ketika dalam kondisi sangat kurang, bahkan senantiasa mengasihi dalam situasi
apa pun. Pada saat begitu Dia memerintahkan dan melarang kita, namun ketika
hamba tetap maksiat pada-Nya, Dia tidak
meninggalkannya, bahkan dengan rasa belas kasih-Nya Dia memanggil untuk datang
kepada-Nya di saat manusia alpa.
Jika kita memikirkan bahwa betapa
sayangnya Allah SWT kepada para hamba
nya, di berikan fasilitas, udara,
air, alam, dan jasad atau penciptaan manusia yang sedemikian sempurna nya,
menjadikan fithrah sesuatu hal untuk mengakuai akan ke kuatan ghaib atau yang
maha menguasai yaitu Allah SWT, dan di
berikan kepada makhluk bernama manusia ini akal pikiran agar kita bisa
membedakan baik dan buruk. Semua itu di peruntukan bagi hamba agar mampu menjadi khalifah di permukaan bumi
sesuai dengan tugas dan fungsinya, namun selain dari pada itu Allah SWT hanya
menyuruh kepada manusia untuk senantiasa beribadah yaitu mengabdi dan
senantiasa menjadikan-Nya Tuhan dengan bersyahadat atas Nama Allah SWT dan
meyakini Rasulullah adalah utusan-Nya.
Pernah suatu ketika ada orang yang
bertanya tentang nasib manusia terkait dengan masalah takdir, tentunya
pertanyaan yang sama pernah terucap diantara kita, sadar atau tidak terbesit
dalam hati manusia, ada kalanya kita tidak menerima atas nasib yang miskin,
hina, rendah, dan lain sebagainya, maka pertanyaannya kemudian adalah adilkah
Allah SWT, dan berikutnya adalah jika Allah SWT yang menciptakan takdir maka
kenapa di ciptakan manusia ada yang kufur dan sebagian nya muslim yang taat. Bukankah
semua manusia jika memang Allah itu adil menginginkan hidayah dan sampai ke
surga-Nya, pertanyaan ini memang sederhana tapi cukup sulit untuk
menjelaskannya karena tidak semudah pertanyaan nya, pertama di sampaikan tentunya atas jawaban di atas
bahwa Allah SWT memberikan sesuai hasil sesuai jerih upaya hamba-Nya, bahkan Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum sebelum hamba itu berusaha untuk merubah nasibnya, jadi pada dasarnya
jatuhnya takdir itu adalah setelah hamba mengusahakan sesuatu hal atas perkara.
Allah SWT menginginkan manusia ini menjadi hamba yang cerdas, hamba yang
tangguh, dan hamba yang kuat, bukan sebagai hamba yang lemah, maka di berikan potensi
itu untuk manusia agar ia berusaha bukan hanya menunggu takdir tapi menjemput
takdir. Karena kelazimannya bahwa setiap segala sesuatu itu berbanding lurus
dengan apa yang kita upayakan, walau ada orang pintar, kaya, kuat, namun jika
tidak mampu mempertahankan nya akan secara otomatis jatuh juga. Jadi berusaha
untuk menjadi lebih baik itu jauh lebih penting dari pada justru mengutuk dan
mempertanyakan setiap waktu atas keadaan tapi tidak pernah berbuat sama sekali.
Yang kedua jika manusia ada yang kufur, maka tidak lain dan bukan kecuali hanya
akal/pikirannyalah yang berusaha untuk mencari hidayah itu, tidak semua orang
yang dalam keturunan kufur secara nikmat maupun agama lantas kemudian secara
otomatis membuat seseorang menjadi kufur maupun fasik, tapi dengan proses
pencarian, bahkan bisa jadi orang yang dulunya sesat dalam kekafiran justru
berbalik 180 derajat menjadi orang yang paling taat di mata Allah SWT.
Kasih sayangnya Allah SWT itu tiada
dua nya, pernahkah kita membayangkan bagaimana Allah SWT menjaga dan senantiasa
mengampuni dosa hambanya yang mau bertaubat, bahkan dosa sebesar apapun jika
sudah dilaksanakan taubat yang sebenar-benar taubat (taubat nasuha) maka Allah
akan menghilangkan dosanya seperti anak yang baru di lahirkan kembali. Tanpa pernah
kita meminta Allah selalu memberikan kesempatan bagi hamba nya, tidak pernah
memungut pajak, dan iuran wajib tiap harinya karena kita sudah menghirup udara nya,
Allah SWT menyuruh untuk hanya menyembah
Dia, bukan sesuatu hal yang merugikan manusia, dan jika pun kita ber
ibadah dengan rukun nya Islam ini, maka ada sesuatu hal balasan yang kelak akan
di berikannya, begitu pun semua ibadah tersebut di lakukan dengan ikhlas maka
tentunya ada hikmah bagi setiap perjalanan ibadah tersebut yaitu sebagai wahana
untuk tetap mengingatNya, suatu ritual untuk tetap membuat badan tetap segar
bugar, dan dengan ibadah kepadanya kita akan semakin tahu cara berterima kasih
dan mengasihi sesama. Itulah yang di tampilakan dari semangat haji, berkurban,
sholat, puasa dan zakat. Beribadah, dan bersyukur itu bukanlah sesuatu hal yang
rumit, hanya nafsu manusia saja yang membuat itu menjadi sulit, di tambah
godaan iblis yang memang pada dasarnya tidak suka akan keterlibatan manusia
untuk berbuat baik, karena ia menginginkan ada temannya nanti suatu saat di
neraka.
Harus kita sadari secara bersama,
makhluk yang kita agung-agungkan, manusia yang selalu kita puji dan kita
muliakan penuh ta’dzim saja bisa menjauhi kita jika sudah tahu aib kita secara
detil, Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala cinta dan kasih sayang-Nya
senantiasa menjaga. Allah tidak pernah meminta imbal balik kita dibalik
perlindungan, perintah, tuntutan dan larangan-Nya. Sedangkan pergaulan dan
persahabatan dengan makhluk penuh dengan tuntutan dan kepentingan. Jika dalam
kondisi sulit dan sepahit apapun kehidupan ini, senantiasa di serahkan
kepada-Nya, maka akan tetap membuat hidup lebih bermakna, lebih yakin dan lebih
semangat, tidak ada kekhawatiran dalam hidupnya, karena ia yakin bahwa Allah
tidak akan pernah meninggalkan para hamba-hambanya, bahkan jika kita datang
kepada Allah SWT dalam keadaan berjalan, ia akan datang kepada kita dalam
keadaan berlari.
Allah SWT adalah
sebaik-baik maha pendengar, menumpahkan curahan hati yang gelisah tanpa rasa
bosan, meminta pertolongan dan kemurahan-Nya justru bukan membuat Allah menjadi
jauh, tapi semakin cinta, bahkan hanya dengan mengingat Allah lah hati akan
menjadi lebih tenang, dan meminta pertolongan dengan kesabaran dan sholat
adalah anjuran bagi hamba-Nya yang berpikir. Jika kita mengetahui dan menyadari
bahwa kita hanya lah seorang hamba, maka tidak ada masalah sebenarnya dengan
segala ketentuan Allah SWT, takdir bukan lagi masalah buatnya, tapi yang menjadi
problem adalah jika Allah sudah menjauh dari dirinya. Allah adalah sebaik-baik
tempat kembali, sebelum segala sesuatu itu hanya penyesalan, nyawa masih di
kandung badan. maka bersujudlah kepada-Nya, ampunan dan rahmat-Nya yang maha
luas akan membuat jiwa dzahir dan bathin menjadi lebih bermakna. Rabb merupakan Tuhan yang maha pencipta tidak ada yang diciptakannya dalam kesia-sia an, dan itu agar kita bisa bersyukur, berbagi, dan meneliti proses penciptaan dan takdir itu.Tafakkaru
Penulis adalah Alumni
Program Studi Agama dan Filsafat Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar