Laman

Minggu, 26 Januari 2014

AKHLAK



Oleh Dr. Asep Usman Ismail

Dari segi kebahasaan, perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab (akhlâq) yang merupakan bentuk jamak dari perkataan (khuluq) yang berarti sajiyyah (perangai), al-thabî’ah (watak),   (kebiasaan atau kelaziman), dan (keteraturan). Sementara itu Kamus al-Munjid menyebutkan bahwa perkataan (akhlâq) dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, atau kebiasaan. Jadi, secara kebahasaan perkataan akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal; perangai, watak, kebiasaan, dan keteraturan; baik sifat yang terpuji maupun sifat yang tercela. Menurut Ibn Manzhûr, akhlak pada hakikatnya adalah dimensi esoteris manusia yang berkenaan dengan jiwa, sifat dan karakteristiknya secara khusus, yang hasanah (baik) ataupun yang qabîhah (buruk). Menurutnya, pahala (al-tsawâb), dan hukuman (al-‘iqâb) lebih banyak tergantung kepada dimensi esoteris manusia dibandingkan dengan ketergantungan kepada bentuk lahiriahnya.

Dengan demikian, akhlak merupakan sifat manusia secara umum tanpa mengenal perbedaan di antara laki-laki dan perempuan; sifat manusia yang baik maupun sifat manusia yang buruk.  Oleh sebab itu, akhlak terbagi dua, al-akhlâq al-hasanah (akhlak yang baik) atau al-akhlâq al-mahmûdah (akhlak terpuji) dan al-akhlâq al-qabîhah (akhlak yang buruk) atau al-akhlâq madzmûmah (akhlak tercela). Menurut Al-Ghazâlî, sifat manusia yang mahmûdah (terpuji) itu adalah al-munjiyât, yaitu sifat yang akan yang menyelamatkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; sedangkan sifat manusia yang al-madzmûmah (tercela) itu adalah al-muhlikât, sifat yang akan yang menghancurkan martabat, muru`ah (kehormatan), dan harga diri manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Singkatnya, kehancuran suatu bangsa disebabkan akhlaknya yang bejat. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kehancuran umat sebelum kamu disebabkan karena sikap mereka, apabila orang miskin mencuri, mereka menghukumnya dengan berat. Sebaliknya, apabila kaum elite mencuri, mereka membiarkannya tanpa menetapkan hukuman apapun. Sungguh, jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya” (HR. al-Thabrani). Sementara itu, Rasulullah SAW pun bersabda: “Yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga adalah akhlak mereka yang mulia” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar