Dari segi kebahasaan, perkataan akhlak dalam
bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab (akhlâq) yang
merupakan bentuk jamak dari perkataan (khuluq) yang berarti sajiyyah
(perangai), al-thabî’ah (watak), (kebiasaan atau kelaziman),
dan (keteraturan). Sementara itu Kamus al-Munjid menyebutkan bahwa perkataan (akhlâq)
dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, atau kebiasaan. Jadi,
secara kebahasaan perkataan akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara
universal; perangai, watak, kebiasaan, dan keteraturan; baik sifat yang terpuji
maupun sifat yang tercela. Menurut Ibn Manzhûr, akhlak pada hakikatnya adalah
dimensi esoteris manusia yang berkenaan dengan jiwa, sifat dan
karakteristiknya secara khusus, yang hasanah (baik) ataupun yang qabîhah
(buruk). Menurutnya, pahala (al-tsawâb), dan hukuman (al-‘iqâb)
lebih banyak tergantung kepada dimensi esoteris manusia dibandingkan
dengan ketergantungan kepada bentuk lahiriahnya.
Dengan demikian, akhlak merupakan sifat manusia
secara umum tanpa mengenal perbedaan di antara laki-laki dan perempuan; sifat
manusia yang baik maupun sifat manusia yang buruk. Oleh sebab itu, akhlak
terbagi dua, al-akhlâq al-hasanah (akhlak yang baik) atau al-akhlâq
al-mahmûdah (akhlak terpuji) dan al-akhlâq al-qabîhah (akhlak
yang buruk) atau al-akhlâq madzmûmah (akhlak tercela). Menurut
Al-Ghazâlî, sifat manusia yang mahmûdah (terpuji) itu adalah al-munjiyât,
yaitu sifat yang akan yang menyelamatkan dirinya dalam kehidupan dunia dan
akhirat; sedangkan sifat manusia yang al-madzmûmah (tercela) itu
adalah al-muhlikât, sifat yang akan yang menghancurkan martabat, muru`ah
(kehormatan), dan harga diri manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Singkatnya, kehancuran suatu bangsa disebabkan
akhlaknya yang bejat. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kehancuran
umat sebelum kamu disebabkan karena sikap mereka, apabila orang miskin mencuri,
mereka menghukumnya dengan berat. Sebaliknya, apabila kaum elite mencuri,
mereka membiarkannya tanpa menetapkan hukuman apapun. Sungguh, jika Fatimah
binti Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya” (HR. al-Thabrani).
Sementara itu, Rasulullah SAW pun bersabda: “Yang paling banyak menyebabkan
manusia masuk surga adalah akhlak mereka yang mulia” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar