Oleh :Rahmat Kurnia Lubis*
Berbicara masalah
kesabaran ini tentu nya hal yang teramat mahal, banyak orang yang hari ini
miskin, ia tetap menerima nasib nya tapi dalam hati ia tidak pernah menerima,
ia bahkan merasa lebih adil dari pada Tuhan sang pencipta. Permasalahan yang sama
sering kita jumpai sekelompok manusia yang bertanya tentang kenapa doa nya
tidak pernah di kabulkan, maka pertanyaan yang sama harus nya perlu kita
balikkan sejauh apa keseriusan seorang hamba dalam berdoa kepada Allah SWT. Sabar
itu bukan sesuatu yang membuat seseorang hanya diam, apalagi sampai menyalahkan
keadaan, kejadian yang terjadi dikait-kaitkan dengan takhayul, dendam orang
lain, atau ketidak berdayaannya dijadikan alat untuk mencari kelemahan orang
lain.
Filosofi sabar selain
menjadikan manusia lebih terjaga emosinya, lebih tenang prilakunya, ia akan
menjadi semakin sehat secara mental, dan terarah menjalani misi hidupnya. Terlebih
lagi orang yang sabar akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. bukankah dalam al
Quran surat Al Baqarah yang artinya: “Hai orang-orang yang berima. Mohonlah pertolongan kepada Allah SWT dengan
sabar dan Shalat, sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Q.S. Al Baqarah : 154). Dengan kita bersabar merupakan wujud ketaatan kita
sebagai hamba kepada Allah. dengan demikian Allah akan menambah derajat kita
yang senantiasa mendekatkan diri padaNya "innallaha
maashobirin".
Fenomena yang sering
kita alami, ketidak sesuaikan antara harapan dengan kenyataan inilah yang
tentunya menjadikan manusia lupa akan dirinya sebagai hamba yang mempunyai
keterbatasan, dan setiap kejadian itu sudah di takdirkan oleh-Nya. Apa yang
sudah kita alami, atau musibah yang kita dapatkan tentunya belum sebanding
dengan para nabi, rasul dan kekasih Allah seperti kyai dan ulama. Sebagaimana
Rasulullah saw pernah menyebutkan “Sesungguhnya
ujian yang paling berat adalah ujian yang diberikan oleh Allah kepada para
Nabi, lalu para wali, kemudian para ulama’ kemudian kebawah-kebawah. Setiap
orang diuji menurut keteguhan dan kekuatan berpegangan kepada agamanya”. Dalam
hal ini kaitannya dengan al Quran Allah SWT kembali mempertegas yang sekira
artinya “Apakah manusia mengira bahwa
mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sementara
mereka belum di uji sama sekali” (Q.S al Ankabut: 2).
Pengalaman para nabi dan rasul tentunya menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk hidup dengan bertanggung jawab, rasa sabar harus kita pupuk dalam pribadi kita. jika kita review kembali ke belakang maka akan kita lihat Nabi Yunus a.s pernah mendapatkan peringatan dari Allah SWT karena telah meninggalkan umat nya. Tubuhnya dimakan oleh seekor ikan Paus, namun akhirnya Nabi Yunus dimuntahkan kembali dalam keadaan selamat berkat bertobat dan membaca kalimat tasbih. Dalam perut ikan paus tersebut, Nabi Yunus a.s menyadari akan kesalahan nya karena meninggalkan umat nya. Ia pun senantiasa berdoa dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan nya dengan mengucapkan. "Laa ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu minadzhaalimin“. Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya saya termasuk orang² yang dzhalim"
Dalam kondisi sulit
sekalipun di ajarkan bagaimana harus bertanggung jawab, tidak menyerah akan
keadaan, Nabi Ayyub Alahissalam salah
catu contoh seorang nabi yang di uji dengan kondisi sulit, penyakit yang menimpanya
membuat dia lumpuh, tidak berdaya, di usir dari masyarakatnya, hartanya semua
ludes, anaknya meninggal, tidak ada yang bisa di harapkan ketika itu kecuali
hanya pada Allah SWT sebagai Tuhan-Nya. Ia tiada henti berdzikir, ibadah, jika
pun Allah berkehendak atas ujian ini maka Nabi Ayyub sampaikan dan bermohon
kepada Allah SWT agar jangan menghentikan denyut jantung dan merusak akal pikiran
nya, karena hanya dengan hal demikian ia bisa senantiasa mengingat Allah SWT. Sama
sekali ujian bukan penghalang untuk bersabar, sampai ia berucap “Alhamdulillah ladzi hadza ‘athoni wa akhadza
minni” segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan saat nya Dia
juga lah yang mengambil, sungguh ini tidak ada masalah, kita hanya hamba yang
senantiasa tunduk patuh kepada takdir-Nya.
Jika dikaitkan dengan
fenomena saat ini, maka ajaran Islam yang menyuruh sabar, berarti bukan hanya
sebatas bentuk ketaatan, tapi sikap positif harus di bangun agar tidak menimbulkan
fitnah. Bentuk ketidaksabaran manusia sering nya membuat persoalan kecil
menjadi besar, ketika tragedi ini terjadi maka sering nya kita tidak akan bisa
memilah-milah lagi mana pendapat yang benar yang seharusnya bisa kita ambil. Permasalahan
politik, persoalan agama, sering menjadi komando untuk melakukan aksi kekerasan
jika tidak sabar untuk mencari informasi yang benar. Diantara hikmahnya bersabar
adalah agar manusia lainnya mengambil peran tentunya untuk membantu kita
sebagai manusia yang lemah, dalam kondisi sakit misalnya seseorang harus menghibur
atau mengobati orang sakit, ketika musibah kematian datang, seorang pelayat
harus menguatkan hati sang ahli musibah, begitu teman kesulitan karena tidak
memiliki harta kita harus siapa membagi, dan ketika orang kecelakaan ataupun
banjir sebagai manusia dan hamba harus senantiasa peduli, terlepas dari pada
agama apa, warna kulit dan sukunya. Islam mengajarkan perdamaian, kerukunan dan
menjadi rahmat buat seluruhnya."Dan
bertolong-tolonganlah kamu dalam kebaikan, dan janganlah kamu bertolong
tolongan dalam dosa dan permusuhan" (Al-Maidah, 5:2). Inilah Islam sejatinya yang ramah dan peduli. Penuh kelembutan
dan mendorong kemajuan yang berperadaban.
*Penulis Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar