Laman

Rabu, 22 Januari 2014

Sabar dan Tolong Menolong Dalam Kehidupan Sosial




Oleh :Rahmat Kurnia Lubis*

Berbicara masalah kesabaran ini tentu nya hal yang teramat mahal, banyak orang yang hari ini miskin, ia tetap menerima nasib nya tapi dalam hati ia tidak pernah menerima, ia bahkan merasa lebih adil dari pada Tuhan sang pencipta. Permasalahan yang sama sering kita jumpai sekelompok manusia yang bertanya tentang kenapa doa nya tidak pernah di kabulkan, maka pertanyaan yang sama harus nya perlu kita balikkan sejauh apa keseriusan seorang hamba dalam berdoa kepada Allah SWT. Sabar itu bukan sesuatu yang membuat seseorang hanya diam, apalagi sampai menyalahkan keadaan, kejadian yang terjadi dikait-kaitkan dengan takhayul, dendam orang lain, atau ketidak berdayaannya dijadikan alat untuk mencari kelemahan orang lain.

Filosofi sabar selain menjadikan manusia lebih terjaga emosinya, lebih tenang prilakunya, ia akan menjadi semakin sehat secara mental, dan terarah menjalani misi hidupnya. Terlebih lagi orang yang sabar akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. bukankah dalam al Quran surat Al Baqarah yang artinya: “Hai orang-orang yang berima.  Mohonlah pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan Shalat, sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah : 154). Dengan kita bersabar merupakan wujud ketaatan kita sebagai hamba kepada Allah. dengan demikian Allah akan menambah derajat kita yang senantiasa mendekatkan diri padaNya "innallaha maashobirin".
 
Fenomena yang sering kita alami, ketidak sesuaikan antara harapan dengan kenyataan inilah yang tentunya menjadikan manusia lupa akan dirinya sebagai hamba yang mempunyai keterbatasan, dan setiap kejadian itu sudah di takdirkan oleh-Nya. Apa yang sudah kita alami, atau musibah yang kita dapatkan tentunya belum sebanding dengan para nabi, rasul dan kekasih Allah seperti kyai dan ulama. Sebagaimana Rasulullah saw pernah menyebutkan “Sesungguhnya ujian yang paling berat adalah ujian yang diberikan oleh Allah kepada para Nabi, lalu para wali, kemudian para ulama’ kemudian kebawah-kebawah. Setiap orang diuji menurut keteguhan dan kekuatan berpegangan kepada agamanya”. Dalam hal ini kaitannya dengan al Quran Allah SWT kembali mempertegas yang sekira artinya “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sementara mereka belum di uji sama sekali” (Q.S al Ankabut: 2).
Pengalaman para nabi dan rasul tentunya menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk hidup dengan bertanggung jawab, rasa sabar harus kita pupuk dalam pribadi kita. jika kita review kembali ke belakang maka akan kita lihat Nabi Yunus a.s pernah mendapatkan peringatan dari Allah SWT karena telah meninggalkan umat nya. Tubuhnya dimakan oleh seekor ikan Paus, namun akhirnya Nabi Yunus dimuntahkan kembali dalam keadaan selamat berkat bertobat dan membaca kalimat tasbih. Dalam perut ikan paus tersebut, Nabi Yunus a.s menyadari akan kesalahan nya karena meninggalkan umat nya. Ia pun senantiasa berdoa dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan nya dengan mengucapkan. "Laa ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu minadzhaalimin“. Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya saya termasuk orang² yang dzhalim"
Dalam kondisi sulit sekalipun di ajarkan bagaimana harus bertanggung jawab, tidak menyerah akan keadaan, Nabi Ayyub Alahissalam salah catu contoh seorang nabi yang di uji dengan kondisi sulit, penyakit yang menimpanya membuat dia lumpuh, tidak berdaya, di usir dari masyarakatnya, hartanya semua ludes, anaknya meninggal, tidak ada yang bisa di harapkan ketika itu kecuali hanya pada Allah SWT sebagai Tuhan-Nya. Ia tiada henti berdzikir, ibadah, jika pun Allah berkehendak atas ujian ini maka Nabi Ayyub sampaikan dan bermohon kepada Allah SWT agar jangan menghentikan denyut jantung dan merusak akal pikiran nya, karena hanya dengan hal demikian ia bisa senantiasa mengingat Allah SWT. Sama sekali ujian bukan penghalang untuk bersabar, sampai ia berucap “Alhamdulillah ladzi hadza ‘athoni wa akhadza minni” segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan saat nya Dia juga lah yang mengambil, sungguh ini tidak ada masalah, kita hanya hamba yang senantiasa tunduk patuh kepada takdir-Nya.

Jika dikaitkan dengan fenomena saat ini, maka ajaran Islam yang menyuruh sabar, berarti bukan hanya sebatas bentuk ketaatan, tapi sikap positif harus di bangun agar tidak menimbulkan fitnah. Bentuk ketidaksabaran manusia sering nya membuat persoalan kecil menjadi besar, ketika tragedi ini terjadi maka sering nya kita tidak akan bisa memilah-milah lagi mana pendapat yang benar yang  seharusnya bisa kita ambil. Permasalahan politik, persoalan agama, sering menjadi komando untuk melakukan aksi kekerasan jika tidak sabar untuk mencari informasi yang benar. Diantara hikmahnya bersabar adalah agar manusia lainnya mengambil peran tentunya untuk membantu kita sebagai manusia yang lemah, dalam kondisi sakit misalnya seseorang harus menghibur atau mengobati orang sakit, ketika musibah kematian datang, seorang pelayat harus menguatkan hati sang ahli musibah, begitu teman kesulitan karena tidak memiliki harta kita harus siapa membagi, dan ketika orang kecelakaan ataupun banjir sebagai manusia dan hamba harus senantiasa peduli, terlepas dari pada agama apa, warna kulit dan sukunya. Islam mengajarkan perdamaian, kerukunan dan menjadi rahmat buat seluruhnya."Dan bertolong-tolonganlah kamu dalam kebaikan, dan janganlah kamu bertolong tolongan dalam dosa dan permusuhan" (Al-Maidah, 5:2). Inilah Islam sejatinya yang ramah dan peduli. Penuh kelembutan dan mendorong kemajuan yang berperadaban.



*Penulis Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar