![](http://ceramah-islam.com/wp-content/uploads/2013/11/Ceramah-Singkat-Islam-TERUSLAH-BERKARYA-WAHAI-JIWA-JIWA-PERINDU-SURGA.jpg)
Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*
Rindu
nya surga kepada empat golongan tak kalah hebat dengan seorang pemuda yang
sedang kasmaran, rindu ingin bertemu dengan orang yang dirindukan nya. Dimana
saja, kapan saja yang diingat adalah sang pujaan hati, siang jadi kenangan,
malam jadi bayangan, tidur pun jadi impian, begitu juga surga, surga selalu
merindukan empat golongan, padahal kalau kita tanya setiap orang pasti ingin
masuk surga, walaupun dia seorang pendosa atau ahli maksiat sekalipun, siapapun kita,
pada strata sosial manapun, apapun prosfesi nya, dibumi manapun berpijak pasti
ingin menjadi orang yang dirindukan oleh surga nya Allah SWT. Tempat yang di
idam-idam kan oleh seluruh makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di
dalamnya perkataan yang tidak berguna, sia-sia dan dusta, di dalam nya ada mata
air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas berisi minuman
yang terletak dekat, bantal-bantal sandaran yang tersusun, permadani-permadani
yang terhampar, kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. Tidak
ada kesusahan karena itu hanya tempatnya kesenangan atas balasan yang kita
lakukan di alam dunia, semuanya setiap keinginan kita tercipta. Sudah bisa kita
bayangkan tentang surga?, dan hasilnya itu belum lah apa-apa, alias belum mampu
menggambarkan surga yang sesungguhnya, karena apa yang kita bayangkan hanyalah
pikiran manusia saja, surga itu tidak pernah bisa di bayangkan, karena sesuatu
hal yang bisa di bayangkan bukanlah surga. Yang kita pikirkan itu adalah
gambaran mini dari pada sebuah kesenangan, karena pikiran dan logika kita hanya
mampu menampung suatu hal yang bisa di gambarkan, dan surga itu jauh dari pada itu semua. Itulah hakikat
tempat yang paling indah bagi kehidupan.
Surga itu adalah tempat
kenikmatan yang kekal sempurna, yang tidak ada di dalamnya kekurangan sama
sekali, ia disediakan Allah SWT bagi mereka yang mentaati perintah-Nya, Allah
SWT dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dan Abu Khurairah
menyampaikan “ Aku sediakan bagi
hamba-hamba ku yang shaleh segala sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata,
tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati
manusia”. Itulah sejatinya surga yang di abadikan oleh Allah SWT. Dan Allah pun berfirman dalam Al-Qur'an.
الجنة أعدت للمتقين
"Surga disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
Walaupun
orang itu wajahnya jelek, hidupnya miskin, pakaiannya murah, rumahnya gubuk
lagi butut, tapi kalau bertakwa dia akan masuk syurga, karena syurga rindu, ingin
dimasuki oleh empat golongan ini, Rasulallah saw di dalam kitab Durrathun
Naashihin menyampaikan.
الجنة مشتقة الى اربعة نفر : تالى
القران وصوم رمضان وحفظ اللسان ومطعم الجيئان
"Syurga itu rindu kepada empat
golongan, yaitu orang yang membaca Al-Qur'an, orang yang puasa di bulan
Ramadhan, orang yang menjaga lisan, dan orang yang memberi makanan kepada yang
kelaparan".
Pertama, orang yang
senantiasa membaca al-Quran. Al Quran
sebagai wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada baginda nabi Muhammad Saw
yang menjadi pedoman bagi setiap umat manusia. Jika satu buku memiliki suatu
nilai manfaat dari setiap isinya, maka al Quran jauh lebih banyak memiliki
manfaat dan menjadi tuntunan hidup atau pegangan manusia. Apakah kita menyadari
di antara deretan huruf yang jumlahnya , lebih kurang 6666, 30 juz dan 114
surat, yang jika di bacakan hati menjadi
tenang, bisa dengan mudah di hafal oleh semua kalangan bahkan anak-anak
sekalipun, mempunyai nilai sastra yang sangat indah, mengandung peristiwa masa
lalu, begitupun masa depan, tuntunan ibadah berupa syariat yang di tetapkan
oleh Allah SWT, bahkan banyak rahasia science
terungkap karenanya. Jika bukan campur tangan Allah SWT yang menyampaikan kalimat
dan maknanya niscaya ia akan usang di telan waktu. Tapi bahkan sampai saat ini
al Quran kitab yang sudah belasan abad ini masih tetap utuh, tidak ada
perubahan akan isinya. Karena ia memang di jaga oleh Allah SWT melalaui lidah
nya para huffaz (penghafal al Quran).
Dr. Al Qadhi,
melalui penelitian nya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika
Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Qur’an,
seorang muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan
perubahan fisiologis yang sangat besar. Memperoleh ketenangan jiwa, menangkal
berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang
menjadi objek penelitian nya. Penelitian ini berikutnya ditunjang dengan
bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak
jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari
hasil uji coba nya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar hingga
97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian
Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan
oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan
dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan,
Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang
mendengarkan nya. Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh
penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek
penelitian nya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2
wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka
pun tidak diberitahu bahwa yang akan diperdengarkan nya adalah Al-Qur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni
membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulan nya, responden mendapatkan ketenangan
sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya
35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.
Secara
keduniawian bahwa tidak ada sesungguhnya hal yang membuat seseorang sulit untuk
membaca al Quran, bahkan efek dari al Quran itu sendiri yang mampu memberikan
nilai positif baik dalam hal kesehatan fisik, ketenangan jiwa, kemampuan
berpikir, dan penemuan penelitian yang tiada akhirnya dari kitab bernama al
Quran ini.
Nabi
shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Tidak berkumpul suatu kaum di salah
satu rumah Allah Taala, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkaji nya,
melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahkan rahmat, di kelilingi para
malaikat, dan di puji oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud)
Al Quran adalah kitab yang disampaikan oleh
Allah SWT sebagai pedoman menyimpan banyak kebaikan dari dunia sampai
akhirat, jika kita menjadi orang yang
berbangga dengan Allah, mengkaji kitab-Nya, dan mengajarkan nya maka itu adalah
sebaik-baik manusia. Dengan membaca dan mempelajari al Quran berarti kita telah
menjalankan syiar Islam. Al Quran tentu nya bukan untuk dipajang dalam rak
saja, atau di butuhkan saat kematian saja, tapi ia adalah sesuatu hal yang
seharusnya hidup di setiap waktu di rumah setiap muslim. "Perumpamaan rumah yang
didalamnya ada dzikrullah.. dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya
adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati". Bukan hanya
sebatas identitas sebagai seorang beragama, tapi ia merupakan kebutuhan jiwa
manusia, dan ketika sesering mungkin dari mulut seorang hamba keluar bacaan al
Quran maka Allah akan senantiasa mencintai-Nya dan surga pun merindukannya.
Kedua,
penjaga lidah. Memang lidah tak bertulang tapi ia lebih tajam dari sebilah
pedang, dampaknya bisa mengakibatkan peperangan yang semula damai menjadi
konflik. Efek negatifnya akan membuat orang menjadi sengsara, akan melenyapkan
pahala kebaikan yang kita buat seperti api memakan kayu bakar, akan membuat
puasa jadi hampa dan sia-sia. Namun bila kita menjaga nya, begitu banyak
kenikmatan akan kita raih, dengan lisan kita berdakwah, dengan lisan kita
bertilawah, dengan lisan kita berdo'a. Lisan yang baik adalah ketika ia
berkata-kata yakni dengan kata yang penuh dengan ‘ibrah, santun dan
penuh dengan ajakan kebaikan serta jauh dari ghibah, fitnah, menggunjing dan
berbohong. Maka benar kata-kata bijak dari ulama bahwa :
ألسّلامة الإنسان في
حفظ اللّسان
Artinya: “Keselamatan manusia terletak pada
penjagaan lisan nya”.
Lisan yang baik senantiasa tahu bagaimana
harus berbicara baik, terhadap lawan bicara nya, tidak pernah membuat orang merasa tersakiti
dengan bahasa kita, terkadang orang menyampaikan bahwa bicaranya memang keras,
tapi perlu kita garis bawahi bahwa keras ataupun kuat belum tentu menyakitkan, dan
suara yang hanya sekedar keras mungkin bisa saja karena bawaan lingkungan
geografis, namun jika suara sudah menyinggung perasaan, mencela, dan menghinakan
orang lain, maka itu tragedi bagi kehidupan manusia, tragedi tersebut adalah di
dunia tidak akan selamat, senantiasa di jauhkan orang lain, tidak di berikan
kesempatan, apalagi di akhirat yaitu balasan karena prilaku manusia itu sendiri.
Bahkan dalam tataran sebuah birokrasi pemerintahan di butuhkan juru bicara yang
menyampaikan pesan dengan santun. Orang yang berbicara santun, mampu
mendamaikan, berdiplomasi untuk sebuah kemakmuran akan lebih di cintai dari
pada mulut yang menimbulkan fitnah dan perkataan kotor, semakin orang sering
berkata kotor semakin menumpulkan hati, dan membuat manusia jauh dari kebaikan.
Ketiga, pemberi makan
orang yang kelaparan (dermawan). Sungguh, Allah yang Maha rahman, rahim, maha
pemberi , dan hakim yang paling adil itu akan membalas sekecil apapun kebaikan
kita kepada orang lain. Bila kita memberi minum kepada saudara kita yang
kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada hari kiamat nanti di saat
orang-orang sedang dilanda dahaga, Bila kita memberi makan kepada saudara kita
yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi kita makan di saat
orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti, Bila kita memberi pakaian kepada
saudara kita di dunia ini, niscaya Allah akan memberi kita pakaian yang indah
di saat orang-orang telanjang pada hari perhitungan nanti, bila kita memudahkan
urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan dihimpit permasalahan, maka Allah akan memudahkan urusan kita sejak di dunia
ini. Pertolongan Allah akan datang kepada seorang hamba manakala sang hamba
menolong saudara nya. Hal ini merupakan akhlak yang sering di contohkan oleh
para sahabat-sahabat nabi, yaitu memberi kepada orang yang lapar, orang yang
butuh, dan orang yang kesusahan. Mereka para
rasul, para nabi, para Khalifah, dan Imam dalam Islam memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap
semua golongan, karena bagi mereka membantu, memberi, dan bersikaf bijak adalah
bagian yang menjadi karakteristik sejati seorang muslim beragama.
Keempat, Orang-orang
yang berpuasa di bulan ramadhan. Di bulan yang mulia yang penuh berkah, rahmat,
ampunan , Allah menjanjikan kepada kita akan pembebasan dari panasnya api
neraka, Puasa menjadi tolak ukur keberadaan seorang hamba, karena dengan puasa
yang benar, Ramadhan yang di manfaatkan, akan banyak kebaikan yang di peroleh
di dalamnya, dalam puasa melatih kejujuran, antara manusia dengan manusia
lainnya, antara seorang hamba kepada Tuhan-Nya, dan di bulan puasa menjadi
tempat yang baik untuk beramal karena setiap amal di lipat gandakan, bahkan
malam lailatul qadr ada di antaranya.
Melatih kepekaan sebagaimana yang dirasakan orang-orang yang kurang mampu agar kita bisa hidup saling berbagi, bagaimana menahan lapar dan
haus, serta bagaimana implikasi iman tersebut di luar ramadhan bisa bertahan dan
di jalankan, ramadhan adalah tempat melatih semua kepekaan yaitu emosional,
kecerdasan, dan spiritual di didik untuk menjadi manusia yang lebih manfaat. Jadi
orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan memiliki semangat, motivasi, dan
perubahan berarti menuju arah yang lebih baik dalam hidupnya maka tentunya
Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan dan perjuangan hamba tersebut.
Namun
pada akhirnya secara konkrit Allah SWT kembali menyampaikan dalam al Quran berdasarkan
surat Al-Mukminun ayat 1-11 sebagai penghuni surga nya yaitu:
- Pegawai yang jujur.
- Pemimpin yang adil.
- Orang yang mempunyai ilmu, lalu ilmunya tersebut dibagikan kepada orang lain.
- Orang kaya yang pemurah/dermawan
- Orang miskin yang sabar.
- Orang kuat yang melindungi orang lemah.
- Anak yang berbakti kepada orang tua dan guru.
- Istri yang taat kepada suaminya.
- Suami yang bertanggung jawab.
- Orang yang mencintai Masjid, senang berpuasa dan membaca Al-Qur'an.
Sebenarnya cukup mudah menilai diri kita sendiri, apakah
kemudian sudah adil, sudah khusyu, sudah ikhlas, sudah mau berkorban, dan
mencintai al Quran?. Yang paling mengetahui itu tentunya diri kita sendiri
dengan Allah SWT. jika kita sudah ikhlas dan mau beramal surga maka tentunya
surga pun akan merindukan kita. surga itu bukan hanya untuk satu orang, milik
kelompok tertentu atau golongan tertentu, tapi Allah memperuntukkan nya bagi
manusia dari timur hingga ke barat dari manusia pertama hingga terakhir. Syarat
nya hanya tunduk patuh kepada perintah Allah SWT, beramal sholeh, bermanfaat
buat orang lain, dan ikhlas kepada-Nya. Hanya tiga syarat menuju surga
tersebut.
*Penulis
Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Informasinya sangat bermanfaat.
BalasHapusBagus dan lengkap
BalasHapusBagus dan lengkap
BalasHapusMudah"an kita semua bisa mengamalkannya, Amien..
BalasHapusMaaf, itu 10 golongan calon penghuni syurga yg di artikel disebut berdasarkan surat Al-Mikminun ayat 1-10, kok tidak cocok ya. Apa salah menyebut dasarnya? Menurut ayat tersebut ada 7 golongan, yakni:
BalasHapus1. orang yg khusyuk dalam sholatnya
2. orang yg menjauhkan diri dari (perbuatan & perkataan) yg tidak berguna
3. orang yg menunaikan zakat
4. orang yg memelihara kemaluannya
5. orang yg tidak melampaui batas
6. orang yg memelihara amanat dan janjinya
7. orang yg memelihara sholatnya
hadist diatas terdapat didalam buku durratun nashinin, kalau tak salah Hadits ini dibawakan oleh Utsman bin Hasan al-Khaubawi dalam kitab Duratun Nashihin nya yang dia dinukil dari kitab al Raunaq al Majlis (kitab hikayat).dan hadist ini termasuk kedalam hadit palsu,dan tidak ada periwayatnya,, kepada abnganda lubis mngkin bisa beri masukan kepada saya tentang koreksi hadist terdebut
BalasHapus