Oleh Dr. Asep Usman Ismail
Istilah bayân, menurut Al-Raghib
al-Isfahani, secara bahasa berarti al-kasyfu ‘anis syai`i, mengungkap
atau membuka sesuatu hingga terlihat jelas. Dalam ilmu bahasa, suatu
pembicaaraan dinamakan bayân, apabila pembicaraan itu menyingkap makna
yang tersirat dan menjelaskannya dengan seterang-terangnya. Oleh karena itu
berdasarkan definisi bayân ini, tulisan atau pembicaraan yang
menjelaskan al-mujmal, uraian yang bersifat garis besar, dan al-mubham,
ungkapan yang pengertiannya masih samar-samar, dinamakan al-bayân.
Menurut para ulama ahli bahasa, al-bayân
itu terbagi dua. Pertama, al-bayân bi al-tanjîz, yaitu penjelasan yang
bersifat alamiah, terkait dengan sifat dan karakter yang merupakan pembawaan
sejak Allah menciptakannya. Menurut para ulama ahli bahasa, al-bayân bi
al-tanjîz tidak membutuhkan penelitian dan pembahasan yang mendalam untuk
memahaminya. Contoh al-bayân bi al-tanjîz adalah penjelasan Allah
bahwa syaitan itu musuh manusia seperti dijelaskan pada ayat berikut: Dan
janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh
yang nyata bagimu. (Q.S. al-Zukhruf/43: 62)
Kedua, al-bayân bil ikhtibâr, yaitu
penjelasan yang membutuhkan pemikiran yang mendalam dan penelitian yang
seksama agar al-bayân itu benar-benar berhasil mencapai sasaran,
menjelaskan persoalan dengan terang benderang. Untuk mendapatkan penjelasan
yang termasuk al-bayân bil ikhtibâr, Al-Qur`an membimbing umat
manusia supaya bertanya kepada yang mengetahui seperti disebutkan pada ayat
yang berikut: “maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak
mengetahui. (Q.S. al-Anbiya`/21: 7). Dalam beragama hanya ada dua pola, yang
berilmu bertugas menjelaskan; yang tidak mengetahui jangan malu bertanya. Oleh sebab
itu, untuk mendaptkan al-bayân bil ikhtibâr tidak perlu meneliti
sendiri, cukup bertanya kepada ahlinya saja.
Al-Qur`an menyebut al-bayân sebanyak
tiga kali. Salah satunya berkenaan dengan penjelasan tentang makna, maksud dan
kandungan Al-Qur`an. “Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya”.
(Q.S. al-Qiyamah/75: 19). Maksudnya, Allah tidak hanya menurunkan Al-Qur`an
kepada Rasulullah saw., tetapi juga mejelaskan segala sesuatunya berkenaan
dengan Al-Qur`an secara terang benderang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar